Yogyakarta, (kalaharinews.co) – Kebijakan pemotongan anggaran yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto terhadap hampir seluruh kementerian dan lembaga, termasuk sektor budaya, menuntut pengelola museum untuk berpikir kreatif dan berinovasi agar operasional museum tetap berjalan dengan baik. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi dengan media massa, pelaku usaha, serta masyarakat menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan tujuan besar Jogja City of Museums tetap tercapai.
Hal ini terungkap dalam audiensi antara Mitra Lima Media (M5M Pro) dan jajaran Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY yang membahas potensi kerjasama untuk mempublikasikan kegiatan Barahmus dan mengembangkan sektor museum di Yogyakarta. Audiensi ini berlangsung di kantor Barahmus DIY, Jumat (14/02) disambut dnegan antusias oleh Ketua Barahmus DIY, Dr. Drs. Hajar Pamadhi, M.A. (Hons), Sekretaris Asroni, S.IP., Bendahara Isti Yunaida, S.S., serta Wakil Ketua Kominfo & Dokumentasi, Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.
Sedangkan dari M5M Pro, hadir Rafael Buntara, Nadi Mulyadi, Wempi Gunarto, R. Bambang Widodo, dan Dwi Ambarsari.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Hajar Pamadhi, Fokus utama Barahmus DIY saat ini adalah mewujudkan visi Jogja City of Museum yang telah digagas sejak tahun 2018. Konsep Jogja City of Museums bertujuan untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pusat aglomerasi budaya dengan memperkuat keberadaan museum-museum yang ada di DIY, agar dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang nyata bagi masyarakat.
“Dari data kami, sepanjang tahun 2024, jumlah pengunjung museum di Yogyakarta mencapai 3.600.000 orang. Jumlah tersebut akan terus bertambah setiap tahunnya dengan mengupayakan cara-cara kreatif”, ungkap Ki Hajar. Cara yang telah dilakukan adalah dengan mewajibkan rombongan wisatawan yang datang ke Yogyakarta untuk mengunjungi museum. Dengan kunjungan wisatawan yang meningkat ke museum maka akan mendorong perekonomian masyarakat sekitar.
Ki Hajar juga menyampaikan rencana untuk menghidupkan kembali Festival Museum Yogyakarta yang pernah diselenggarakan antara 2007-2015. Festival ini terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkunjung ke museum. Festival ini dapat dihadirkan kembali dalam bentuk yang lebih inovatif dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti seniman, pelaku industri kreatif, serta sektor pendidikan. Dengan menghadirkan pengalaman yang interaktif dan menarik, festival ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung, baik lokal maupun internasional.
Selain itu, Barahmus DIY juga merencanakan untuk melakukan alih bahasa koleksi-koleksi museum ke dalam lima bahasa internasional: Prancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Indonesia. Dokumentasi koleksi ini nantinya akan dikirimkan ke berbagai kedutaan besar dan saluran media internasional untuk menarik minat wisatawan mancanegara mengunjungi Yogyakarta, baik untuk menikmati koleksi museum ataupun melakukan penelitian akademis.
Sementara itu, Yustinus Suranto, Wakil Ketua Kominfo & Dokumentasi Barahmus, mengapresiasi upaya-upaya kreatif M5M Pro untuk membantu mengenalkan museum-museum di Yogyakarta. Melalui pelatihan kehumasan dan jurnalistik yang ditawarkan dapat membantu pengelola museum dalam memanfaatkan media massa untuk menyebarluaskan informasi, menarik lebih banyak pengunjung, dan membuat museum semakin dikenal oleh masyarakat,” ungkap Suranto.
Direktur Utama M5M Pro, Nadi Mulyadi, menegaskan bahwa pihaknya akan mendukung penuh visi Jogja City of Museum dengan ikut menggandeng banyak pihak. “Di tengah pemotongan anggaran yang ada, kita harus tetap berpikir kreatif dan bekerja sama. Dengan cara ini, kita dapat mewujudkan Jogja City of Museums yang tidak hanya memberi manfaat ekonomi tetapi juga memperkaya kehidupan budaya masyarakat,” ujar Nadi. (Wempi Gunarto)