Sleman,(kalaharinews.co) – Ditengah persoalan sampah yang terus mendera masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, partisipasi mandiri warga bermunculan. Salah satunya dengan membangun Rumah Pilah Sampah untuk mengatasi sampah sejak dari rumah, dan selesai di tingkat kalurahan.
Tak jauh dari lokasi pembangunan jembatan tol Jogja – Bawen di wilayah Dusun Kadipiro, Kalurahan Margodadi, Seyegan, Sleman berdiri Rumah Pilah Sampah (RPS) Taruna Bakti. Setiap hari warga mendatangi tempat ini untuk menyetor sampah rumah tangga mereka.
“Ada juga yang kami jemput, syaratnya sampah sudah dipilah dari rumah. Disini tinggal kami kelompokkan,” kata Arya Sukmana, pengelola RPS Taruna Bakti kepada kalaharinews.co, Kamis (06/03). Warga dapat memanfaatkan layanan RPS dengan membayar Rp1000,- untuk setiap tiga kilogram sampah yang disetor.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
RPS Taruna Bakti berawal dari program Bank sampah yang dikelola oleh warga. sejak tahun 2016. Karena kesulitan untuk administrasinya, maka program itu diubah menjadi sedekah sampah. Kemudian oleh kelompok pemuda dusun setempat yang dinamai Taruna Bakti, mereka menginisiasi pembentukan RPS yang dikelola secara swadaya setelah mendapat pelatihan dari pemerintah Kalurahan Margodadi.
Di tahun 2022, RPS mulai dibangun diatas tanah kas desa dengan bantuan program Corporate Social Responsiobility (CSR) salah satu bank nasional. Namun, karena masih dibayangi pandemi Covid-19, RPS baru beroperasi normal melayani masyarakat pada tahun 2023.
Saat ini ada 120 KK di Dusun Kadipiro yang menjadi pelanggan RPS Taruna Bakti. Ada juga warga dari dusun lain yang menggunakan jasa RPS ini untuk mengolah sampah mereka. Syaratnya sampah sudah dipilah dari rumah, jadi petugas tinggal menimbang dan kemudian mengelompokkan jenis sampah yang disetor.
Petugas akan mengelompokkan sampah yang disetor warga ke dalam enam wadah yang berbeda. Yakni Sampah kertas, plastik keras, plastik kemasan, logam, kaca, sisa makanan dan bahan Berbahaya Beracun B3.
“Untuk limbah B3 kami masih kesulitan karena harus ada alat khusus. Biasanya kami bakar atau diserahkan ke TPST Sendangsari. Kalo yang lain bisa kami tangani, kami jual ke pengepul,” ucap Arya.
Dari pengelolaan sampah di RPS ini, mampu mengubah kebiasaan warga untuk lebih mandiri dan bijak terhadap sampah yang dihasilkan. Dampaknya lingkungan Dusun Kadipiro menjadi lebih bersih dan asri. Selain itu, pengelola juga memiliki laporan yang terbuka mengenai hasil perolehan pengelolaan sampah. Pada tahun 2023 pendapatan RPS Taruna Bakti mencapai Rp5943.00 dengan total sampah yang terkelola sebanyak 5.475 kg. Sebagian dari pendapatan tersebut digunakan untuk biaya operasional, sementara sisanya dikembalikan ke warga dalam bentuk paket sembako yang diberikan enam bulan sekali.
“Keberadaan RPS ini sangat membantu untuk mengatasi sampah. Sayangnya kapasitasnya masih terbatas,” ujar Udin, warga Bantul yang juga menjadi pelanggan RPS Taruna Bakti.
Udin yang merupakan pengusaha Food and Beverage ini mengaku membutuhkan RPS dan TPST untuk hilirisasi sampah di warungnya. Ia mengaku sudah terbiasa memilah sampah dan juga mengedukasi ke para karyawannya. Namun kadangkala sampah tersebut tercampur karena kurangnya ketelitian. Akibatnya sampah menjadi cepat bau.
Arya mengakui belum semua warga memiliki kesadaran untuk mau mengelola sampah “ memilah sampah masih menjadi hal asing sebagian masyarakat, semua sampah dianggap sama,” ungkap Arya.
Menurut Arya masyarakat perlu terus diedukasi mengenai pemilahan dan pengelolaan sampah, karena meskipun sederhana dampaknya besar. Selain memudahkan petugas yang mengelola sampah, masyarakat juga akan menjadi bijak dengan mengetahui sendiri seberapa banyak sampah yang dihasilkan, dan itu bisa menjadi masalah atau malah jadi (penghasilan) tambahan. (Wempi Gunarto)