Kulon Progo, (kalaharinews.co) – Di dekat kemegahan dan kemodernan bandara udara Yogyakarta International Airport, Kulon Progo, terdapat sebuah situs kuno yang masih dikeramatkan oleh beberapa orang.
Jika Anda hendak masuk ke underpass bandara udara YIA dari arah timur, maka Anda akan melewati situs tersebut. Terletak di depan mulut timur underpass bandara YIA.
Situs berada di sebelah selatan Jl. Daendels Pantai Selatan, di wilayah Dusun Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan Temon. Di area dengan luas ± 500 m², berdiri sebuah stupa yang terbuat dari batu andesit (batu candi).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Stupa memiliki tinggi ± 125 cm, lebar ± 75 cm, dan diameter ± 30 cm. Sedangkan landasannya memiliki panjang ± 75 cm, lebar ± 75 cm, dan tinggi ± 30 cm. Di tempat tersebut juga terdapat sebuah lumpang batu.
Lokasi situs berada tidak jauh dari kawasan Pantai Glagah, sehingga terkenal dengan sebutan “Situs Stupa Glagah”.
Banyak orang meyakini Stupa Glagah berasal dari era Mataram Hindu-Buddha. Namun, hingga saat ini, belum diketahui secara pasti tentang sejarah stupa tersebut. Ada beragam versi cerita yang cukup populer di kalangan penduduk setempat.
Salah satu versi menceritakan bahwa di sekitar abad 8-9 M, Adipati Cangak Mengeng dari Kadipaten Sidorejo terlibat konflik dengan Adipati Ngreyap dari Kadipaten Ngreyap.
Kadipaten Sidorejo kalah dan kemudian kadipaten Sidorejo dihancurkan. Stupa Glagah dianggap sisa-sisa dari kadipaten Sidorejo tersebut, sebagai bagian dari tempat ibadah.
Sedangkan versi lainnya mengatakan bahwa dahulu terdapat sebuah Kadipaten Sios, yang dipimpin oleh Bupati Cangak Mengeng.
Bupati Cangak Mengeng mendirikan padepokan bagi dua putrinya, yakni Nyi Sekar Kenanga dan Nyi Gadung Melati. Dua bangunan padepokan diperkirakan berada di sekitar situs stupa.
Situs Stupa Glagah dipercaya sebagai tempat Nyi Sekar Kenanga. Sedangkan di sebelah baratnya, di lokasi lumpang batu, merupakan tempat Nyi Gadung Melati.
Saat ini, situs Stupa Glagah berstatus cagar budaya dan di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Ekskavasi pertama dilakukan tahun 1990. [Unggun]