Kota Yogyakarta, (kalaharinews.co) – Usia senja bukan penghalang untuk terus berkarya. Itulah pesan utama yang diusung Komunitas Sastra Bulan Purnama (SBP) dalam diskusi buku “(Lansia) Indonesia Tanpa Ruang Publik” yang digelar di Gedung DPRD DIY, Sabtu (24/5). Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa para lansia layak mendapat ruang, baik di ranah publik maupun di kebijakan pemerintah.
Buku setebal 282 halaman ini ditulis oleh 25 lansia dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Bandung, Bekasi, Jakarta, Semarang, hingga Yogyakarta. Mayoritas dari mereka adalah sastrawan, wartawan, dan pegiat literasi yang terus menulis sebagai bentuk perlawanan terhadap stigma “usia pasif”.
Diskusi yang digelar di Ruang Paripurna DPRD DIY ini tak sekadar ajang sastra, tetapi juga bentuk advokasi agar suara para lansia tak tenggelam dalam dinamika pembangunan yang kerap mengabaikan kelompok usia tua.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Diskusi menghadirkan tiga narasumber, yakni Fajar Gagana, S.T, anggota DPRD DIY/Fraksi PDIP; Prof. Dr. Drg. Ahmad Syaify, Sp Perio, Subsp RPID (K) FISID, Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM; dan Genthong HSA, sutradara dan penulis naskah. Sementara Moderator Sinta Herindrasti, MA, Pengajar Prodi HI, Fisip Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
“Setiap bulan Mei, kami berkomitmen menerbitkan karya lansia. Menulis bukan hanya bentuk ekspresi, tetapi juga menjaga pikiran tetap aktif dan jiwa tetap sehat,” ujar Ons Untoro, Koordinator Komunitas SBP dan salah satu penulis buku.
Pada bulan Mei tahun lalu, Komunitas SBP telah menerbitkan buku berjudul ‘Kita Lansia: Terus berkarya, Bahagia, Penuh Berkah’ yang ditulis oleh 33 lansia dari berbagai kota.
Fajar Gagana menyatakan pentingnya menjadikan ruang-ruang diskusi kebijakan yang inklusif termasuk untuk lansia. “Kontribusi lansia masih sangat potensial, dan mereka harus diberi ruang untuk bersuara dan berkarya,” ujarnya.
sementara itu, salah satu penulis, Gunawan dari Yogyakarta, mengungkapkan bahwa menulis membuatnya tetap sehat secara mental dan fisik. “Kami tidak ingin dilupakan. Dengan menulis, kami masih bisa memberi makna,” katanya.
Diskusi juga dimeriahkan pembacaan puisi oleh penyair lansia Nia Samsihono dari Semarang dan Sulis Bambang dari Yogyakarta.
Kegiatan ini didukung oleh PT Luas Biru Utama dan Paguyuban wartawan Sepuh (PWS) , mitra lama SBP yang konsisten mendukung kegiatan literasi dan pemberdayaan lansia. (Wempi Gunarto)