Yogyakarta,(kalaharinews.co) – Pada debat putaran kedua, yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU ) Gunungkidul di Auditorium TVRI Yogyakarta, para kandidat menunjukkan perhatian besar terhadap isu krusial yang dihadapi masyarakat, yakni permasalahan air bersih.
Acara yang berlangsung pada Rabu (30/10) malam ini menjadi momen penting bagi para kandidat untuk memaparkan gagasan dan solusi konkret terkait masalah air bersih yang kini semakin mendesak.
Debat putaran kedua ini diikuti oleh tiga kandidat yakni Calon wakil Bupati nomor urut 1 Joko Parwoto, calon wakil Bupati nomor urut 2 Sumanto dan Calon wakil Bupati nomor urut 3 Mahmud Ardi Widanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam perdebatan yang berlangsung cukup panas, masing-masing kandidat memaparkan pandangan dan strategi untuk menjawab tantangan ketersediaan air bersih.
Panelis pun memberikan pertanyaan kepada ketiga kandidat, terkait rencana calon wakil bupati dalam pengembangan teknologi pemanen air hujan sebagai solusi jangka panjang.
Menanggapi pertanyaan panelis, calon wakil bupati nomor urut 1 Joko Parwoto mengungkapkan bahwa permasalahan air sejak tahun 1968 sampai saat ini belum teratasi.
“Ada 15 kecamatan yang hanya mengandalkan air tadah hujan. Perlu keseriusan memikirkan sumber air dari bawah tanah. Dan ini sudah ada di Bribin tapi kalau tidak salah sekarang macet dan itu perlu diperbaiki yaitu diturbinisasi dimana air dipompa dari bawah melalui aliran sungai sehingga menghasilkan energi yang lebih enerjik, efisien dan lebih efektif,”kata Joko.
Sementara Kandidat calon wakil Bupati nomor urut 2 Sumanto menyoroti pentingnya gerakan menanam tanaman. Ia menyebut bahwa potensi sumber mata air bawah tanah masih melimpah, contohnya di wilayah Ngobaran dan Baron. Namun, pemanfaatan keempat sumber air tersebut masih belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
“Kami berkomitmen untuk mengatasi krisis air bersih yang dirasakan warga masyarakat Gunungkidul,” kata Sumanto.
Sementara itu Calon wakil Bupati Nomor urut 3 Mahmud Ardi Wiranto, menyampaikan, permasalahan dan tantangan krisis air bersih di Gunungkidul memerlukan intervensi dari pemerintah daerah. Pasangan nomor urut tiga ini juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan akses air bersih bagi seluruh masyarakat, terutama di daerah terpencil.
Selain itu ia juga menyoroti pentingnya pembangunan instalasi pengolahan air bersih. seperti pengolahan air dengan kapasitas 100 liter per detik di kawasan selatan.
“Peningkatan kualitas air minum dengan pembangunan instalasi pengelolaan air, meningkatkan kuantitas PDAM, Spamdes, PAMSIMAS untuk mencukupi kebutuhan air di Gunungkidul,” jelas Ardi.