Gunungkidul,(kalaharinews,co)- Program bantuan rumah yang seharusnya ditujukan bagi warga kurang mampu di Padukuhan Kewarasan Wetan, Kalurahan Kedungkeris, Kapanewon Nglipar memicu polemik. Setelah sebagian warga tak terima, bantuan tersebut justru menyasar warga yang justru tergolong mampu.
Hal ini menimbulkan perbincangan di kalangan masyarakat setempat, terutama bagi mereka yang memang sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan atau pembangunan tempat tinggal.
Beberapa warga yang mengaku telah memenuhi syarat sebagai penerima bantuan justru tidak terdaftar, sementara beberapa warga dengan kondisi ekonomi lebih baik terlihat mendapatkan bantuan berupa pembangunan rumah. Hal ini menimbulkan pertanyaan dibenak masyarakat tentang proses verifikasi dan validasi penerima bantuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Yang saya heran kan, kenapa itu tidak tepat sasaran, warga yang lebih membutuhkan bantuan malah tidak mendapatkannya, sementara orang-orang yang rumahnya sudah layak malah dibantu,” ujar WSR salah seorang warga setempat, Rabu (11/09).
Sementara itu Lurah Kedung Keris, Rusdi Martono saat diklarifikasi terkait hal ini menyatakan bahwa proses pengajuan penerima bantuan itu sudah sejak lama.
“Pada waktu itu pengajuan sudah sejak tiga tahun yang lalu. Usulan itu dari Dukuh dan dirapatkan dengan RT dan sudah diverifikasi oleh PU Provinsi. Saat pengajuan yang diusulkan adalah kriteria warga miskin dan KK tempel,” kata Rusdi.
Ia menambahkan, bahwa sebenarnya bantuan yang berasal dari Danais ini dilakukan secara bertahap. Tahun ini ada 10 Kepala Keluarga penerima bantuan dengan nominal sekitar Rp 100 juta lebih per KK.
“Sebenarnya bantuan ini bertahap, nanti tahun depan akan ada bantuan lagi, namun untuk data dan nominalnya kami belum tahu karena yang berhak menentukan dari Provinsi, kami hanya sebatas pengajuan,” ujarnya.
Terkait pengerjaan fisik, Rusdi mengaku penerima bantuan hanya langsung terima kunci. Jadi pembangunan sudah dikerjakan oleh pihak rekanan.
Selanjutnya, polemik program bantuan rumah ini tak berhenti sampai disitu. Beberapa warga penerima bantuan juga berkeluh kesah karena rumah yang sudah dirobohkan tidak kunjung dikerjakan pembangunan. Menurut informasi yang mereka terima saat sosialisasi, pembongkaran rumah dilakukan secara swadaya dan juga atas perintah.
“Kami sudah satu bulan tinggal dan tidur di kandang kambing, tetapi belum ada material yang dikirim, kami cemas karena sebentar lagi musim hujan dan rumah belum jadi,” ujar salah seorang penerima bantuan.
Menanggapi keluhan itu pun Rusdi Martono mengungkan bahwa itu hanyalah masalah miskomunikasi. Ia menjelaskan ada dua jenis bantuan yang akan menyasar Masyarakat yaitu bantuan yang permanen dan bantuan rumah limasan.
“Jadi kalau yang rumah limasan itu bahannya dari kayu semua, sehingga butuh proses untuk merakitnya dan pengerjaan tidak bareng dengan yang permanen,” tutupnya.