Jogja,(kalaharinews.co)-Umat Paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta bersama warga Kampung Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta melakukan Merti Sungai Winongo, Minggu (14/07/2024) yang dipusatkan di area sempadan sungai sejauh 100 meter, bersebelahan dengan kampung Kricak Kidul dan kampung Bener.
Kegiatan ini sebagai upaya mendukung terwujudnya Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) di wilayah tersebut. Pasalnya, di lokasi Merti Sungai ini dulunya merupakan tanah kosong yang tidak terawat bahkan kumuh. Atas inisiatif dan partisipasi warga, perlahan area sempada Sungai di wilayah mereka mulai tertata dan menjadi ruang interaksi warga.
Kegiatan Merti Sungai diawali dengan penyerahan bantuan alat kebersihan dan tanaman hias oleh Pastor Paroki Jetis Romo Vincentius Suparman Pr., kepada Ketua RT 14 Joko Harianta.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Romo Parman menyatakan dukungan untuk kegiatan Merti Sungai yang diprakarasi oleh Tim Pelayanan Kemasyaratan Gereja Paroki St. Albertus Agung Jetis bersama warga RT 14 RW 03 Jatimulyo, Kricak sebagai upaya baik dalam merawat dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan.
“Membangun paseduluran dengan bersama-sama merawat dan menjaga keutuhan cipataan adalah tugas umat beriman. Maka, kegiatan Merti Sungai ini perlu kita dukung sebagai upaya membangun paseduluran agar kita manusia ikut mencintai, bersama-sama menjaga dan merawat lingkungan”, kata romo Parman.
Masyarakat yang terlibat kemudian melakukan bersih-bersih lingkungan dan pemilahan sampah. Sejak dua tahun terakhir, warga di RT 14 telah melaksanakan pengelolaan sampah mandiri dengan koordinator pengurus RT. Setiap hari, petugas akan mengambil sampah kemudian dibawa ke tempat pembuangan sampah mandiri.
Untuk sampah yang masih memiliki nilai ekonomis disetor ke bank sampah. Sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis kemudian dibakar di tungku berbentuk keranjang dari besi. Abu dari pembakaran tersebut lalu dikumpulkan dan dipadatkan untuk kemudian digunakan untuk menguatkan bagian dalam talud.
Joko Hariyanta mengakui pengelolaan sampah yang dilakukan warganya masih sangat sederhana. “iya masih sangat sederhana, apa yang bisa dilakukan warga saja” namun, lebih baik daripada harus menunggu pemerintah”, jelas Joko.
Untuk meminimalkan keluhan warga dari asap pembakaran sampah, Joko membatasi waktu pembakaran sampah hanya sampai jam 9 pagi. Joko berharap kedepan ada bantuan incinerator yang memenuhi standar untuk pembakaran sampah agar pengelolaan sampah di wilayahnya bisa maksimal.
Sebagaimana diketahui, saat ini Yogyakarta berada dalam fase darurat sampah, setelah Tempat Pembuangan Sampah terpadu (TPST) Piyungan ditutup sejak Maret 2024.
Dampak dari penutupan TPST Piyungan membuat warga membuang sampah seenaknya, termasuk ke Sungai. Maka dengan kegiatan Merti Sungai ini, Joko berharap bisa menjadi momentum untuk menyadarkan dan mengingatkan warga dan pemerintah untuk sama-sama peduli pada lingkungan. Termasuk mengelola sampah di lingkungannya. Jika perlu meningkatkan nilai ekonomi sampah melalui daur ulang.
Sementara itu umat Paroki Jetis bersama Komunitas Tagana Kricak juga turun ke Sungai untuk membersihkan sungai dari tumpukan sampah. Dari pantauan di lapangan, di sepanjang Sungai Winongo ini masih banyak ditemukan tumpukan sampah plastik yang tersangkut dipinggiran talud. Dampaknya selain membuat pemandangan tidak sedap, juga menimbulkan pencemaran air dan dapat menyebabkan banjir. Kondisi ini membuat miris, karena air sungai ini digunakan warga untuk mandi, memasak hingga mencuci.
Lurah Kricak, May Christianti, yang hadir juga menyampaikan apresiasi atas insiaitif dan peran serta warga RT 14 bersama umat katolik Paroki Jetis yang mengadakan kegiatan Merti Sungai. Ia berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan dilakukan oleh warga di RT lain, agar pinggiran Sungai Winongo di wilayah Kricak menjadi bersih dan asri.
“Seharusnya kegiatan ini bisa menjangkau lintas kelurahan yang ada di Kecamatan Tegalrejo”, katanya
Cosmas, salah satu warga RT 14 mengaku senang dengan adanya kegiatan gotong royong Merti Sungai Winongo di wilayahnya. Pasalnya, tanah kosong di area sempadan Sungai kini menjadi lebih bersih dan tertata. “Senang sekali, karena warga jadi memiliki tempat untuk rekreasi yang murah, teduh, dan nyaman”, katanya dengan gembira.