Gunungkidul,(kalaharinews.co)- Bupati Gunungkidul Sunaryanta bersama Dinas Kebudayaan setempat menggelar dialog dengan puluhan warga penghayat kepercayaan di Joglo Taman Budaya Gunungkidul, Rabu (21/08).
Dalam kesempatan itu Bupati menyampaikan apresiasinya kepara warga penghayat kepercayaan, sebab sampai saat ini mereka masih melestarikan juga memegang teguh tradisi dan budaya peninggalan nenek moyang dan konsisten mengajarkan pada generasi penerus.
“Sudah lama saya menantikan momentum seperti ini bertemu dengan saudara saya warga penghayat,” kata Sunaryanta mengawali sambutanya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam dialog bupati mendapat banyak curhatan dari peserta salah satunya soal kekhawatiran yang dihadapi masyarakat penghayat tentang pendidikan. Namun bupati menjamin tidak akan ada diskriminasi di Gunungkidul.
“Disini ada Dinas Pendidikan saya menjamin tidak akan ada diskriminasi, semua warga negara memiliki hak yang sama,” tegas pensiunan TNI AD tersebut.
Pihaknya menjamin hak dan perlakuan yang sama bagi penghayat kepercayaan, yang mana hal itu sudah dijamin oleh Undang-Undang, termasuk dalam melakukan kegiatan ibadah.
“Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan kebebasan untuk beribadah, karena secara undang-undang dilindungi dan mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk bisa beribadah sesuai kepercayaan masing-masing,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkudul Agus Mantara menjelaskan, ada empat penghayat yang hadir dalam sarasehan tersebut. Diantaranya Pransoeh, Sumarah, Palang Putih Nusantara (PPN) dan Mardi Santosaning Budi (MSB).
“Penghayat ini turut berperan penting dalam upaya pelestarian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan di Kabupaten Gunungkidul,” kata Mantara.
Terpisah Ketua Majelia Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Suroso mengatakan, di Gunungkidul ada 5 paguyuban yang dipayungi oleh MLKI meliputi Palang Putih Nusantara, Sumarah, Mardi Santosa Ning Budi, Pransoeh, Mardi Santosaning Budi dan Kodrating Pangeran.
“Kami selalu hidup berdampingan dan tidak pernah ada gesekan,” ujarnya.
Suroso menambahkan, aliran kepercayaan penghayat merupakan pegangan hidup dan budaya yang harus terus dilestarikan dan kembangkan. Upaya pelestarian adat dan tradisi merupakan salah satu tugas pokok dari MLKI.
“Adab, budi pekerti serta nilai-nilai hidup yang luhur tidak lagi diajarkan. Oleh karena Itu budaya ini tidak hanya harus kita lestarikan, tapi harus terus kita kembangkan,” pungkasnya.